Deru mesin speedboat yang membelah sungai serta bunyi langkah menyusuri hutan menjadi suara yang menuntun kami dalam memahami ekosistem yang ingin kami pulihkan. Alam menjadi kantor dan setiap titik sampling menyimpan data yang harus kami kumpulkan. Kegiatan penilaian awal ini ditujukan agar kami dapat melakukan analisis yang tepat untuk implementasi kegiatan restorasi kedepannya.

Kondisi Hutan
Udara yang bercampur dengan aroma asin payau menjadi salah satu ciri ekosistem pesisir. Hutan di pesisir Kalimantan Timur didominasi oleh vegetasi mangrove yang khas. Dengan struktur akar yang rumit dan tajuk yang rimbun, ekosistem ini menjadi rumah bagi berbagai satwa, menyediakan tempat berlindung, sumber makanan, dan ruang untuk tumbuh serta berkembang. Lebih dari sekadar bentang alam, mangrove adalah penjaga garis pantai dan pusat kehidupan yang dinamis.

Tutupan Lahan
Hasil analisis spasial serta pemetaan langsung di lapangan menunjukkan Kawasan seluas 11.180 ha ini memiliki 8 tipe tutupan lahan yang terdiri dari: Hutan Mangrove Primer, Hutan Mangrove Sekunder Tinggi, Hutan Mangrove Sekunder Sedang, Hutan Mangrove Sekunder Rendah, Hutan Rawa Sekunder, Belukar Rawa/ Asosiasi Mangrove, Tambak, dan Lahan Terbuka.

Dukungan warga Desa dalam implementasi Program
Warga desa turut berperan aktif dalam implementasi kegiatan dengan berpartisipasi dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bagian dari proses penilaian awal (preliminary assessment). Dukungan ini terwujud melalui keterlibatan tenaga lapang yang membantu proses pengukuran, pengamatan, serta penjaringan informasi secara terbuka. Partisipasi yang inklusif—melibatkan berbagai kelompok usia dan gender—menjadi kunci dalam memastikan bahwa setiap suara dan perspektif terwakili dalam upaya restorasi ini.
